Total Pageviews

12 November, 2013

Teka-teki yang Kehilangan Wibawanya

"Seperti yang biasa kau lakukan di tengah perbincangan kita
Tiba-tiba kau terdiam, sementara kusibuk menerka apa yang ada di pikiranmu"

- Mari Bercerita (PAYUNG TEDUH)

Aku adalah teka-teki. Teka-teki yang sulit.
Teka-teki yang jawabannya bisa didapat dari kombinasi kesabaran, logika, dan emosi.
Aku suka ketika orang-orang pergi dari ku dengan raut wajah penuh tanya.
Kadang juga ada yang gemas. Penasaran.
Ada juga yang putus asa karena jawaban yang tak kunjung terpikirkan.
Lalu pergi seakan tak peduli, sambil menyembunyikan rasa penasaran yang masih melirik ke arah ku.

Ini bukan mauku. Bukan keinginanku menjadi teka-teki.
Dan sebenarnya aku tidak mau menyebut diriku teka-teki.
Menurutku, aku adalah pernyataan. Pernyataan rumit yang tak kunjung dipahami.
Yang pada akhirnya mereka menyebutku teka-teki. Meskipun tak ada tanda tanya di akhir kalimatku.
Karena aku memang pernyataan bukan pertanyaan.

Aku juga tidak pernah minta ditebak, karena sudah kubilang kan'?
Aku bukan teka-teki. Aku ini pernyataan. Pernyataan yang tidak sederhana.
Pahami dengan sabar, gunakan logika, dan tenanglah. Akhirnya kau akan mengerti.
Karena sesungguhnya, aku tak berbeda dengan penyataan lainnya.

Dan belakangan aku mengerti kenapa mereka menyebutku teka-teki.
Karena aku sudah memiliki teka-teki ku sendiri.
Aku bukan lagi pernyataan yang tidak sederhana.
Aku adalah pernyataan yang sedang mencari jawaban untuk teka-tekinya sendiri.

Dulu aku sering membuat dahi orang berkerut, namun belakangan dahiku menjadi lebih sering berkerut seperti sofa kulit yang terlalu sering diduduki.
Ini menyebalkan, tapi menyenangkan. Rasanya aku ingin menjadi teka-teki saja.
Karena ternyata penasaran itu menyebalkan.

Aku masih tak memahami teka-teki ku ini. Lalu, aku harus apa?
Apa sebaiknya aku pergi seperti orang-orang itu? Haruskah?
Aku ini pernyataan.
Mengandung 60% logika, 20% emosi, 10% kata-kata, dan 5% misteri.
0% menyerah.

Dan sekali lagi, aku menjadi pencemas di malam hari.
Kasur melirikku, kami berpisah terlalu lama dari biasanya hari ini.
Sebaiknya aku berhenti membual di halaman ini.
Semoga besok aku bangun dengan jawaban paling logis untuk teka-tekiku ini.

Menyebalkan, rasanya ini seperti karma.


No comments: