Total Pageviews

17 November, 2013

Suatu Kisah di Pertengahan November

Pemimpi yang sudah lama tak bermimpi, ia menangis disandera realita
Berteriak ingin bebas
Tapi, tak ada juga yang datang menyelamatkan

Sang Pemimpi berhasil kabur
Ia ingin pulang, tapi, tak punya tempat untuk pulang
Ia lelah, ia ingin tidur

Tapi, ia takut ...

Ketakutan akan mimpi yang tak lagi seperti permen kapas merah muda,
tapi seperti kopi hitam pekat dan pahit di warung milik ibu tua renta itu

Sang Pemimpi berjalan sendirian seperti petualang tersesat
Langkahnya melambat ragu, lalu terhenti
Seperti pohon rambutan dalam pagar kayu lapuk, hidup tapi diam tak bergerak
Terlihat mati, namun masih terus tumbuh

Sang Pemimpi melihat ke langit, mendung di atas kepalanya
Tetes air hujan pertama jatuh di hidung Sang Pemimpi,
menjadi satu dengan air matanya
Wajah Sang Pemimpi menjadi gelap, memudar, dan hilang

Hujan deras tak berperasaan menghapus jejak kaki Sang Pemimpi
Seakan ia tak pernah ada

Akhirnya, hujan berhenti

Di ujung jalan, seorang anak berkata, "Ibu, lihat ada pelangi!"
Wanita yang dipanggil 'Ibu' itu membalas, "Tidak ada pelangi. Kamu pasti salah lihat"

Dan seperti itulah Sang Pemimpi mati

No comments: