Pemimpi yang sudah lama tak bermimpi, ia menangis disandera realita
Berteriak ingin bebas
Tapi, tak ada juga yang datang menyelamatkan
Sang Pemimpi berhasil kabur
Ia ingin pulang, tapi, tak punya tempat untuk pulang
Ia lelah, ia ingin tidur
Tapi, ia takut ...
Ketakutan akan mimpi yang tak lagi seperti permen kapas merah muda,
tapi seperti kopi hitam pekat dan pahit di warung milik ibu tua renta itu
Sang Pemimpi berjalan sendirian seperti petualang tersesat
Langkahnya melambat ragu, lalu terhenti
Seperti pohon rambutan dalam pagar kayu lapuk, hidup tapi diam tak bergerak
Terlihat mati, namun masih terus tumbuh
Sang Pemimpi melihat ke langit, mendung di atas kepalanya
Tetes air hujan pertama jatuh di hidung Sang Pemimpi,
menjadi satu dengan air matanya
Wajah Sang Pemimpi menjadi gelap, memudar, dan hilang
Hujan deras tak berperasaan menghapus jejak kaki Sang Pemimpi
Seakan ia tak pernah ada
Akhirnya, hujan berhenti
Di ujung jalan, seorang anak berkata, "Ibu, lihat ada pelangi!"
Wanita yang dipanggil 'Ibu' itu membalas, "Tidak ada pelangi. Kamu pasti salah lihat"
Dan seperti itulah Sang Pemimpi mati
No comments:
Post a Comment