Total Pageviews

09 November, 2014

Vacuum (Cleaner)

Sudah lama nggak nulis. Hampir setahun sepertinya.
Karena banyak hal yang berlomba minta diprioritaskan.
Jadi, hal-hal yang punya skala prioritas kecil (agak) sedikit dikesampingkan.
Dan juga, kemampuan bermain kata yang semakin hari semakin menurun.
Yang punya blog akan segera kembali jika semuanya selesai.

Kalau tidak selesai?

Ah, jangan bercanda! Ini harus selesai!

12 December, 2013

Karat dalam Opini

Kata seseorang, kita berhak atas kesempatan kedua.
Tapi, kata seseorang juga, memberikan orang lain kesempatan kedua sama dengan memberi kesempatan lagi pada pembunuh yang ingin membunuh kamu karena ia gagal membunuh kamu pada tembakan pertama.
Kamu tidak tahu kamu akan nyaris mati lagi seperti saat kesempatan pertama atau akan benar-benar mati.

Kata seseorang, manusia tidak boleh cepat puas atas apa yang ia dapatkan.
Tapi, kata seseorang juga, kita harus bersyukur atas apa pun yang kita miliki.

Dilemma. Selalu ada.

Dan aku mulai merasa hitam adalah satu-satunya yang mutlak di dunia ini.
Ada merah tua, ada juga merah muda.
Tidak ada hitam kemerahan, yang ada merah kehitaman.

Hitam yang tidak terlalu hitam akan disebut abu-abu.
Tidak ada hitam tua, maupun hitam muda.

Hanya ada satu hitam.

Dan hitam akan tetap hitam di mata atheism maupun theism.

17 November, 2013

Suatu Kisah di Pertengahan November

Pemimpi yang sudah lama tak bermimpi, ia menangis disandera realita
Berteriak ingin bebas
Tapi, tak ada juga yang datang menyelamatkan

Sang Pemimpi berhasil kabur
Ia ingin pulang, tapi, tak punya tempat untuk pulang
Ia lelah, ia ingin tidur

Tapi, ia takut ...

Ketakutan akan mimpi yang tak lagi seperti permen kapas merah muda,
tapi seperti kopi hitam pekat dan pahit di warung milik ibu tua renta itu

Sang Pemimpi berjalan sendirian seperti petualang tersesat
Langkahnya melambat ragu, lalu terhenti
Seperti pohon rambutan dalam pagar kayu lapuk, hidup tapi diam tak bergerak
Terlihat mati, namun masih terus tumbuh

Sang Pemimpi melihat ke langit, mendung di atas kepalanya
Tetes air hujan pertama jatuh di hidung Sang Pemimpi,
menjadi satu dengan air matanya
Wajah Sang Pemimpi menjadi gelap, memudar, dan hilang

Hujan deras tak berperasaan menghapus jejak kaki Sang Pemimpi
Seakan ia tak pernah ada

Akhirnya, hujan berhenti

Di ujung jalan, seorang anak berkata, "Ibu, lihat ada pelangi!"
Wanita yang dipanggil 'Ibu' itu membalas, "Tidak ada pelangi. Kamu pasti salah lihat"

Dan seperti itulah Sang Pemimpi mati